Presiden Joko Widodo menyatakan, ekstremisme dan terorisme terjadi di mana-mana dan diperlukan kerja sama Internasional untuk memeranginya. Hal ini disampaikan Presiden saat Working Dinner Session KTT G-20 yang membahas masalah Terrorism and Refugee Crisis.
"Ini merupakan tantangan yang perlu ditindaklanjuti dan disikapi bersama melalui tindakan konkrit," kata Jokowi seperti disampaikan Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana, Senin (16/11).
Presiden berpendapat bahwa dampak negatif yang nyata dari konflik yang terus terjadi di berbagai kawasan dunia adalah meningkatnya migrasi ireguler. Isu migran ireguler ini telah menjadi tantangan yang cukup serius, khususnya bagi Turki dan negara-negara Eropa.
Untuk menyelesaikan masalah ini, Jokowi menjelaskan, perlu terlebih dahulu menyelesaikan akar permasalahannya, antara lain dengan memastikan pembangunan berimbang, menghentikan kekerasan dan penindasan, serta menghilangkan diskriminasi dan menegakkan demokrasi.
Lebih lanjut, Jokowi mengemukakan, selama ini Indonesia menerapkan kombinasi pendekatan hard approach yang mengedepankan penegakan hukum dan keamanan, serta soft approach dengan menggunakan pendekatan kebudayaan dan agama dalam upaya mengatasi ekstrimisme di Indonesia.
Jokowi menutup pernyataan pada sesi Working Dinner ini dengan komitmen kesiapan Pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan masyarakat internasional dalam menghadapi ekstremisme dan terorisme serta guna menumbuhkan toleransi, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia.
"Diperlukan pendekatan terpadu yang mengharuskan negara-negara bersatu dan mengesampingkan perbedaan politik untuk menghadapi ekstremisme dan terorisme," tutup Jokowi.
Sumber: merdeka.com
Post a Comment